contoh nilai akreditasi SD

contoh nilai akreditasi SD
SDN PABUARAN 02

Sabtu, 07 Agustus 2010

Panduan Belajar Diseminasi Best Practise



Edisi Perbaikan

PANDUAN BELAJAR
DISEMINASI BEST PRACTICE











Paket Pembelajaran BERMUTU
Better Education through Reformed Management and
Universal Teacher Upgrading






Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional
Gedung D Lantai 15 Jl. Jenderal Sudirman Pintu I Senayan Jakarta
Telp/Fax 021-57974128, 57974129, 57974130, 5794131, 5794132,5794133
bermutu_diknas@yahoo.com







KATA PENGANTAR

Bersyukur, Panduan Belajar Diseminasi Best Practice telah tersusun yang dirancang untuk 2 x pertemuan. Pertemuan pertama 4 jam pelajaran dan pertemuan kedua 8 jam pelajaran. Tiap-tiap jam pelajaran @ 50 menit.
Model panduan Belajar ini dikemas dalam bentuk acuan dan bahan pelatihan bagi kepala sekolah dan pengawas dengan kegiatan yang beragam: diskusi, tanya jawab, penugasan, praktik menulis dan mendiseminasikan best practice dalam seminar. Dengan model pengemasan seperti ini diharapkan kepala sekolah dan pengawas dapat lebih kompeten dalam diseminasi best practice.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan Paket Pembelajaran Manajemen Bermutu Modul IV. Kritik dan saran demi kesempurnaan yang akan datang, sangat ditunggu. Semoga apa yang kita kerjakan mendapat ridho dari-Nya.


Jakarta, 7 September 2009

Suwanti–Nunung S.










DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
PENDAHULUAN............................................................................................1

PERTEMUAN I...........................................................................2
Judul : Best Practice..................................................................
Materi: Pengertian, Ruang Lingkup, dan Ciri-ciri Best Practice...............
Waktu: 1 kali pertemuan ( 34jam pelajaran @ 50 menit)............................
A. Pengantar.........................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................
C. Alat/Bahan/Sumber........................................................................
D. Langkah-Langkah...........................................................................
• Kegiaatan awal: pengondisian pembelajaran...........................
• Kegiatan inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi.......................
• Kegiatan akhir: kesimpulan, evaluasi (tugas individu .............
dan tugas kelompok terstruktur)...............................................
E. Penguatan ........................................................................................
Contoh best practice kepala sekolah...............................................
Contoh best practice pengawas sekolah..........................................
Contoh best practice guru....................................
F. Tugas Terstruktur: Menulis Best Practice...........

PERTEMUAN II........................................................................
Judul : Diseminasi Best practice dalam Seminar.....................................
Materi:
• Naskah Best practice sebagai kertas kerja pemrasaran.....
• Panitia Seminar.................................................................
• Laporan Seminar .....................................................................
Waktu : 1 kali pertemuan (8 jam pelajaran @ 50 menit).............................
A. Pengantar........................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................
C. Alat/Bahan/Sumber........................................................................
D. Langkah-Langkah.............................................................................
• Kegiaatan awal: persiapan seminar...........................
• Kegiatan inti: pelaksanaan seminar....................................................... .........................
• Kegiatan akhir: kesimpulan, evaluasi dan tindak lanjut .....................................................
E. Penguatan ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................


PENDAHULUAN

Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU) merupakan salah satu upaya Pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) para kepala sekolah dalam forum MKKS dan diklat pengawas dalam forum KKPS/MKPS.
Khusus bagi kepala sekolah sebagai pemimpin dan pengawas sebagai pembina, pembinaan kompetensi diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan diri sehingga mampu mengatasi berbagai masalah dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi, dan perannya sebagai pengelola pendidikan secara inovatif dan kreatif. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah pemanfaatan kisah sukses berdasarkan hasil pengalaman yang dialaminya. Kisah sukses pengalaman praktis terbaik disebut best practise.
Paket ini disusun sebagai panduan diklat kepala sekolah dan pengawas yang dikemas dalam bentuk active learning. Adapun isinya mencakup: penulisan dan diseminasi best practice dalam seminar. Materi tersebut diurai dalam pengertian, ruang lingkup, dan ciri-ciri best practice dan contoh strategi diseminasi dalam seminar.
Dengan kemasan seperti ini diharapkan peserta bukan hanya memahami teori namun dapat langsung mengaplikasikannya dalam praktik sehari-hari. Semoga hal ini dapat menjadi motivasi dan menggugah semangat sehingga dapat memberikan inspirasi bagi rekan-rekan sejawat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kondisi serta keadaan sekolah masing-masing.
Adapun tujuan khusus diklat ini agar kepala sekolah dan pengawas mampu:
1. menjelaskan pengertian best practise;
2. menyebutkan ruang lingkup best practice;
3. mendeskripsikan ciri-ciri best practice;
4. menganalisis permasalahan yang terjadi pada sekolah yang diampu;
5. memberikan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi;
6. menerapkan berbagai strategi penelitian tindakan sekolah sebagai best practise pada sekolah tempat tugas masing-masing;
7. menyusun laporan tindakan sebagai best practice;
8. mendiseminasikan best practice dalam seminar.
Kedelapan tujuan tersebut diharapkan dapat tercapai dalam 2 x pertemuan (tatap muka) dan tugas mandiri baik terstruktur maupun tidak. Oleh karena itu diharapkan para peserta harus tuntas mempelajari materi pada pertemuan awal sebelum melanjutkan pada materi pertemuan berikutnya. Hal ini penting, karena di setiap akhir pertemuan dilanjutkan dengan penugasan sebagai persiapan pertemuan berikutnya.




















PERTEMUAN I:
Judul: Perkenalan Best Practice
Materi: Pengertian, Ruang Lingkup, dan Ciri-ciri best practice.
Waktu: 1 x pertemuan (4 jam pelajaran @ 50 menit)

A. Pengantar
Selamat bertemu dalam pelatihan manajemen pembelajaran BERMUTU. Dalam pelatihan ini Anda akan mempelajari tentang pengertian, ruang lingkup, dan ciri-ciri best practice. Materi ini merupakan materi dasar yang harus Anda kuasai sebelum mengikuti pertemuan berikutnya.
Dengan menguasai materi pada pertemuan I ini diharapkan Anda akan lebih terpacu dalam mengikuti pertemuan-pertemuan berikutnya. Sebaliknya, jika Anda merasa kurang menguasai materi dasar Anda dapat mengulang kembali sebagai tugas mandiri yang tidak terstruktur dalam kesempatan yang Anda tentukan sendiri.

B. Tujuan
Kepala sekolah dan pengawas mampu:
1. menjelaskan pengertian best practice;
2. mampu menjelaskan ruang lingkup best practice;
3. mampu mendeskripsikan ciri-ciri best practice;

C. Alat/ Bahan/Sumber
1. Alat: Alat tulis lengkap baik IT maupun non IT
2. Bahan: Lampiran Materi Panduan Belajar Diseminasi Best Practice
3. Sumber:
• Panduan Belajar Diseminasi Best Practice
• http://en.wikipedia.org/wiki/Best Practice
• http://whatis.com/what is best practice
• Buku “Re-Code Your Change DNA, Cetakan ke-3 PT Gramedia Jakarta Karangan Renald Kasali Tahun 2003
• Buku “Best Practice on Talent Management” Cetakan ke-2 PT Permata Printing Jakarta Karangan Berger Lance A ang Dorothy R. Tahun 2008
• Contoh Best Practice Kepala Sekolah
• Contoh Best Practice Pengawas Sekolah
• Contoh Best Practice Guru

D. Langkah-Langkah









Kegiatan Awal (20 menit)
a. Fasilitator menyampaikan tujuan, materi, dan target diklat pembelajaran manajemen bermutu yang akan dicapai.
b. Fasilitator menyampaikan tujuan, materi, dan target pertemuan pertama.
c. Tanya jawab antara fasilitator dengan peserta diklat untuk menggali pemahaman peserta mengenai pengertian, ruang lingkup, dan ciri-ciri best practice.
d. Fasilitator menunjukkan sumber belajar mengenai pengertian, ruang lingkup, dan ciri-ciri best practice.



Kegiatan Inti (110 menit)
Tugas kelompok:
a. Merefleksi pengalaman-pengalaman baik dan sangat baik (20 menit)
• Bagilah peserta diklat menjadi beberapa kelompok dengan anggota minimal 3 orang;
• Setiap kelompok merefleksi pengalaman-pengalaman yang pernah dialami ketika sedang melaksanakan PBM maupun supervisi.
• Selanjutnya membaca contoh best practice untuk ditelaah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
I. Jawablah pertanyaan-pertenyaan berikut berkenaan dengan
contoh best practice yang Saudara baca:

1. Apakah judul best practice yang Saudara baca?
2. Best practice bidang apakah itu?
3. Apa keberhasilan yang diungkapkan?
4. Masalah apa yang diatasi oleh pelaku best practice?
5. Bagaimana strategi yang digunakan?
6. Nilai apa yang bisa Saudara petik dari best practice tersebut?
7. Komponen apa yang sekiranya dapat Saudara adop, tiru, modifikasi
untuk diimplementasikan dalam sekolah Saudara/yang Saudara bina?
8. Mengapa demikian?
9. Pada level mana best practice tersebut diakui?
10. Apa/Bagaimana/Beri komentar Saudara mengenai best practice
tersebut!
II. Dari Best Practice yang Saudara baca, cobalah untuk menarik
kesimpulan tentang:
1. Pengertian best practice
2. Ruang lingkup best practice
3. Ciri-ciri best practice
4. Sistematika penulisan best practic

Kegiatan Akhir (20 menit)
• Kesimpulan (5 menit)
• Penugasan untuk pertemuan berikutnya 15 menit)
1) Tulislah best practice yang pernah Saudara alami untuk didesiminasikan dalam seminar pada pertemuan kedua. Materi yang kepala sekolah tulis berkisar pada keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola pendidikan, maupun keberhasilan staf/guru/siswa atau MGMP/KKG yang kepala sekolah bina. Sedangkan materi yang pengawas sekolah rtulis berkisar pada keberhasilan pengawas dalam melaksanakan kepengawasan, keberhasilan kepala sekolah yang dibina, maupun keberhasilan MGMP/KKG atau guru yang dibina.
2) Seminarkan pada pertemuan kedua.

E. Penguatan (5 menit)
• Pengertian
Best practice merupakan keberhasilan yang dialami dan diakui oleh pihak yang berkepentingan (siswa, guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, komite, masyarakat, dinas, departemen, pemerintah) dalam melaksanakan tugas pengelolaan pendidikan. Best practice sebaiknya didiseminasikan kepada orang lain di berbagai tempat secara berulang-ulang sehingga dapat ditiru, dicontoh, dan diadopsi oleh orang lain.

• Ruang Lingkup
Peningkatan pengelolaan sekolah/keterlaksanaan 8 Standar Nasional Pendidikan, pengelolaan MGMP/KKG, pembinaan sekolah, pembinaan guru, dll)

• Ciri-ciri
1. pengembangan praktik pembelajaran/pengelolaan pendidikan;
2. didiseminasikan di berbagai tempat secara berulang-ulang;
3. peningkatan kualitas pendidikan;
4. meingkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah, dan pengawas dalam pengelolaan pendidikan;
5. mengubah hambatan dan ancaman menjadi kekuatan dan peluang untuk berinovasi secara kreatif;
6. menghasilkan output yang lebih bermanfaat bagi semua pihak (siswa, guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, komite, dan masyarakat pada umumnya);
7. terkendali, kejelasan program baik jangka pendek, menengah, maupun panjang;
8. berdasarkan temuan masalah nyata yang terjadi di lapangan;
9. dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (bimbingan dan konseling, supervisi klinis, supervisi manajerial, kunjungan kelas, lesson studi, dll);
10. mengacu pada program sekolah untuk mencapai tujuan yang dicanangkan;
11. adanya pengakuan bahwa keberhasilan tersebut bisa ditiru, diadopsi oleh orang lain.
12. meningkatkan kualitas, mudah, murah, bisa dilaksanakan, memotivasi, memberikan hasil yang bermanfaat, dan berkelanjutan

Contoh Best Practice:
(1)
MELEJIT MELALUI JARINGAN LUAR NEGERI
Drs. Agus Triyanto, M.MPd
Kepala SMPN 1 Purbalingga

SIAPA yang tahu Desa Plumutan, Kecamatan Kamangkon, Purbalingga, Jawa Tengah? Namun bila menyebut nama Sumanto, orang langsung lekat ingatannya dengan ”si pemakan mayat” itu. Sumanto sohor bukan hanya di mata Desa Plumutan, tempat tinggal Sumanto, masyarakat luas pun ”mengenalnya” meski dari menyimak kabar di media massa.
Namun nama Sumanto kini tak lagi diperbincangkan masyarakat Purbalingga, basi. Masyarakat pendidikan di kota sentra pengrajin rambut terbesar kedua di dunia ini lebih banyak membicarakan SMP Negeri 1 Purbalingga. Apa pasal?
Sekolah yang dipimpin Drs Agus Triyanto, MMPd, itu menorehkan hasil spektakuler: 41 siswanya meraih nilai 10 untuk Ujian Nasional bidang studi matematika tahun ini. Hasil itu mengantarkan mereka menjadi yang terbaik di Jawa Tengah
Sedangkan untuk nilai rata-rata sekolah berada di posisi ke-5 di antara 3.700 SMP negeri dan swasta di Jateng.

Melejitkan Purbalingga
Popularitas Sumanto, diakui Agus Triyanto, menjadi salah satu inspirasi baginya untuk bisa membuat tenar SMP Negeri 1 Purbalingga. Tentu saja dalam ranah positif, bukan top namanya karena ulah buruk seperti halnya Sumanto. Agus ingin nama sekolahnya, juga Purbalingga bisa menjadi perbincangan di percaturan dunia pendidikan nasional bahkan internasional.
Obsesi Agus bisa melejitkan SMPN 1 Purbalingga. Mengapa harus melejit? Menurut Agus, Purbalingga sebagai kabupaten yang jauh dari jangkauan komunikasi dan transportasi nasional maupun internasional, tak mudah dikenal jika tak punya ”sesuatu”
yang bisa melejitkan nama Purbalingga. Akses laut tak punya karena jauh dari garis pantai. Bandara hanya ada lapangan terbang perintis milik tentara. Jalur kereta api sudah lama lenyap ditelan jaman. Meski jarak menuju Purwokerto, kota besar di Jawa Tengah, bisa ditempuh dalam 30 menit perjalanan mobil, belum mampu membuat Purbalingga berkibar namanya.
Ketika Agus Triyanto dipercaya memimpin SMP Negeri 1 Purbalingga, sejak 12 Januari 2006, ia datang dengan bekal pengalaman yang cukup sebagai guru dan kepala sekolah. Ia pernah mengajar di SMP Negeri 1 Padamara (1988-1994), menjadi wakil kepala SMP Negeri 1 Padamara (1994-1999). Ia juga pernah memimpin SMP Negeri 2 Karanganyar (1999-2003) dan SMP Negeri 1 Kaligondang (2003-2006).
SMPN 1 Purbalingga ditetapkan sebagai rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) melalui SK Direktur Pembinaan SMP, Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, bertanggal 14 Maret 2007. Status rintisan SBI diraih bersama 19 SMP lainnya di Jawa Tengah, dan 99SMP lain se-Indonesia.
Semangat untuk memajukan SMPN 1 Purbalingga ditunjukkan Agus dengan memperbaiki segala lini. Lahan sekolah yang cuma 7000-an m2 dirasa belum mencukupi seperti yang dikehendaki standar luas SBI, yang sekira 15.000 m2. Melalui pendekatan ke Pemerintah Kabupaten Purbalingga, didukung Komite Sekolah, sekolah mendapat tambahan lahan yang tadinya milik Badan Kepegawaian Daerah. Luas sekolah kini mencapai lebih dari 10.000 m2. Hingga kini pembangunan dan rehabilitasi sekolah masih belum rampung. Begitu juga pembenahan sumber daya guru, siswa dan pembelajaran.
Agus punya konsep bahwa keberhasilan sekolah haruslah diusahakan bersama. Artinya, semua warga sekolah saling melengkapi. Ia memakai filosofi jari: ada jempol, kelingking, telunjuk, jari manis dan jari tengah. Guru yang hebat dilambangkan oleh jempol, yang jumlahnya mungkin 20%. ”Tidak bisa semuanya jempol, malah disebut orang cacat. Menjadi sempurna itu karena ada jempol ada semuanya,” kata Agus.
Berawal Dari Pertemuan
Agus mulai membuka jalan menuju populer dengan menjalin kemitraan dengan sekolah-sekolah lain. ”Sebenarnya tiap kepala sekolah punya kunci sukses. Yang tidak dimiliki adalah satu keberanian untuk beda. Kami bermitra karena kalau tak pernah punya partner akan menjadi katak dalam tempurung,” kata Agus.
Sebelum mencari mitra kerjasama, kata Agus, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui gambaran sekolah saat ini, dan mencari partner yang seperti apa. ”Karena kalau saya berpartner dengan sekolah di Houston, Amerika Serikat, mungkin tidak cocok,” katanya.
Awal mulanya SMPN 1 Purbalingga tak langsung menjalin kerjasama dengan sekolah luar negeri. Agus mencari mitra sekolah di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Ia mengawali kerjasama dengan sekolah-sekolah yang sejajar levelnya. Ia kemudian memilih sekolah SBI yang cukup punya nama, yakni SMP Negeri 5 Yogyakarta, hingga melompat ke luar Jawa Tengah, seperti Sekolah Global Jaya Jakarta.
Setelah mendapat banyak bekal dari tukar pengalaman dengan sekolah di dalam negeri Agus merasa siap terbang ke ke luar negeri. Agus membidik sekolah-sekolah di ”negeri Singa,” Singapura. Mengapa? Menurut Agus, karena Singapura sama-sama anggota ASEAN yang mempunyai kedekatan ikatan kultural dengan Indonesia. Di bidang pendidikan, Singapura mempunyai kemajuan yang layak dijadikan referensi.
Kebetulan, pada Desember 2004, Agus mendapat tugas menghadiri pertemuan Guru Nusantara Ke-10 di Universitas Pendidikan Sultan Idris, Tanjung Malim, Perak Darul Ridzuan, Malaysia. Forum itu merupakan ajang pertemuan para praktisi pendidikan dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Indonesia. Agus benar-benar memanfaatkan even tersebut. Saat itulah ia mulai mendekati kepala sekolah dari Singapura dan Malaysia yang bersedia menjadi partner sekolah. Alhasil ada beberapa kepala sekolah yang tertarik dengan tawarannya. Satu di antaranya adalah kepala Bukit Panjang Government High School, Singapura.
Pada 28 Maret-5 April 2007, Agus kembali mendapat kesempatan ke luar negeri. Ia ditunjuk Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas, mengikuti International Confederation of Principals Ke-8 di Aucland, Selandia Baru. Pengalaman kedua kali di luar negeri, dimanfaatkan Agus agar mimpi bermitra dengan sekolah di Singapura tercapai.
Ia kembali bertemu dengan Sheerlen Ong, Kepala Bukit Panjang Government High School, Singapura. Momen emas itu ia manfaatkan untuk merealisasikan hubungan serius antarsekolah. Ada kesepatan untuk lebih intim lagi.
Pada November 2007, sekali lagi Agus mendapat jalan ke Singapura. Ia mengikuti Diklat Leadership and Management di National Technological University (NTU) Singapore. Diklat ke luar negeri tersebut merupakan bagian dari bantuan hibah Direktorat Tenaga Kependidikan dan Ditjen PMPTK kepada para kepala RSBI. Selama dua pekan ia di Singapura, menerima tempaan dari para dosen lokal dan dari RRC dan India, baik teori maupun praktik.
Ia manfaatkan waktu luang, saat makan siang, untuk menemui Sheerlen Ong. Sampai juga ia di Bukti Panjang, diantar taksi. Yang membuat ia sempat kecewa, Sheerlen Ong sudah dipindah memimpin sekolah lain. Agus tak jadi kecewa karena kepala sekolah yang baru, Lee Seng Hai, menyambut baik rencana kemitraan yang sudah terjalin di masa kepala sekolah lama. Bahkan hatinya berbunga saat Lee Seng Hai menyatakan ingin mengunjungi SMP Negeri 1 Purbalingga.
Bukit Panjang ke Purbalingga, awal Februari lalu. Kehadiran rombongan Bukit Panjang bahkan disambut Bupati Purbalingga Drs H Triyono Budi Sasongko, M.Si. Acara penyambutan yang meriah dipusatkan di Pendopo Kantor Bupati Purbalingga.
Kegiatan kunjungan itu, menurut Agus, sangat diperlukan untuk saling memahami. Sehingga bersama-sama membuat projek dengan sekolah mitra. ”Kami bukan sister school karena setahu kami sister school harus didahului dengan kesepakatan G to G, atau antarpemerintah. Yang kami bentuk adalah lingking school dalam bentuk lingking program,” kata Agus.
Program lainnya selain saling mengunjungi adalah pertukaran program. Agus menjajaki kurikulum di Singapura seperti apa. ”Kami mempelajari kurikulum Singapura bagaimana, yang rata-rata menggunakan kurikulum Cambridge. Kami jajaki teknik-teknik pembelajaran di sana. Kami mencoba untuk mengadopsi dan mengadaptasikan ke sekolah kami,” katanya.
Pertemuan Agus dan Lee Seng Hai menghasilkan kesepakatan Right of Discussion, yang berisi 4 klausul. Intinya, masing- masing sekolah akan saling mempermudah koordinasi di bidang pendidikan, budaya, seni, sains, bahasa, agar siswa dan guru bisa mengembangkan pengetahuan.
Pada Maret 2008 lalu, giliran rombongan siswa dan guru SMPN 1 Purbalingga yang diundang ke Bukit Panjang. ”Alhasil, international dimension tidak hanya dimiliki oleh kepala sekolah, tapi merambah sampai ke para guru dan siswa,” kata Agus yang semasa menjadi guru mengajar bahasa Inggris.
Belajar Dari Negeri Seberang
Ada banyak hal yang diperoleh Agus serta tim dari kerjasama dengan BPGHS. Mereka mendapati hal baru antara lain adanya struktur organisasi sekolah yang memungkinkan diakomodasinya segala kepentingan menyangkut kelancaran proses untuk menghasilkan output yang berkualitas.
Di Singapura, sekolah dikomandani oleh seorang principals (kepala sekolah), dibantu dua orang vice principals (wakil kepala sekolah), yang membawahi beberapa head subject seperti science, bahasa Melayu, bahasa Mandarin, mathematics, dan administrasi. ”Semua guru dan karyawan memahami benar akan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga disiplin dan efiensi waktu merupakan ciri utama segenap SDM di sekolah ini,” kata Agus.
Dalam proses pembelajaran di kelas, semua guru menguasai Bahasa Inggris (bahasa nasional Singapura adalah Melayu, Mandarin, Inggris, dan Tamil) dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT), pada setiap mata pelajaran yang hanya berjumlah sembilan. Pembelajaran kontekstual dan partisipatif, cukup kental nuansanya, sehingga siswa didik benar-benar memperoleh pengalaman belajar yang berkesan.
Menurut Agus seperti halnya di Indonesia, guru pun harus mempersiapkan lesson plan. Beda halnya di Singapura, lesson plan merupakan prasyarat yang harus dipenuhi guru pada waktu ada

supervisi kepala sekolah, beserta guru senior. Rencana mengajar itu bukan hanya representasi kinerja guru, melainkan hasil penilaian akan menjadi dasar untuk peningkatan pendapatan atau insentif. Inilah strategi Singapura dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan kompetensi tenaga pendidik.
Bukit Panjang juga memberikan beasiswa pendidikan bagi siswa berpotensi tetapi berasal dari keluarga kurang. Sekolah juga memberik menu sarapan gratis bagi si siswa.
Menurut pengamatan Agus, budaya paling menonjol di Bukit Panjang yang terlihat dalam kehidupan keseharian adalah sikap disiplin. Di sana tampak teratur, siswa terbiasa antri, serta menjaga lingkungan sekolah agar selalu bersih. Bagi BPan (sebutan untuk siswa di BPGHS), menjaga dan menerapkan hal-hal tersebut adalah sebuah kewajiban, tak hanya di lingkungan sekolah tetapi budaya ini sudah menjadi keseharian Singaporean.
Agus mengakui dari sisi fasilitas, memang sulit untuk membuat suatu komparasi dengan sekolah-sekolah di Indonesia. Sebab Singapura adalah negara kaya yang mampu mendanai semua itu. Namun sisi positif yang dapat bisa dipetik adalah, bagaimana fasilitas berbasis ICT itu digunakan secara tepat guna dan bijaksana.
Satu hal lain yang ia temui di BPGHS khususnya dan sekolah di Singapura pada umumnya tidak dikenalnya budaya copy file, buku, kaset, dan lain-lain. Semua warga negara memahami benar pentingnya perlindungan hak cipta atas karya seseorang dan hak kekayaan intelektual.

Dari Immersi Hingga RSBI
Sebelum SMPN 1 Purbalingga ditetapkan sebagai SBI, Agus telah mengawali penggunaan dwi bahasa sebagai pengantar pembelajaran dengan membentuk kelas Immersi. Kelas immersi hampir sama dengan kelas SBI. Kelas ini juga menggunakan pengantar dwi bahasa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran bahasa Inggris dan MIPA.
Kini ada program studi yang memilih siswa berdasarkan kemampuan akademis dan bakat. Selain kelas Immersi, ada program studi yang masing-masing dipimpin seorang guru, kelas reguler, kelas intensif, dan kelas SBI.
Kelas intensif diperuntukkan buat kelompok siswa yang perlu tambahan pembelajaran secara khusus. Dari total 21 rombongan belajar (rombel), kelas SBI sebanyak 5 rombel, yang semuanya kelas 7. Kelas immersi ada 4 rombongan belajar, satu kelas intensif, sisanya kelas reguler.
Tiap rombel rata-rata terdiri dari 33 siswa. Setiap kelas selain dibimbing seorang guru walikelas, masih mendapat bimbingan enam guru pamong. “Tugas guru pamong mengamati siswa sehari-hari, membimbing dan memberi dorongan,” kata Agus menjelaskan. Artinya satu guru pamong memberi bimbingan kepada 5-6 siswa. Soal seragam yang tidak rapi pun masuk bagian tugas guru pamong.
Bagian research and development yang diketuai Nurhadi Santoso, SPd, punya andil penting. Sejak dibentuknya R&D pada 2004, berbagai hal baru mengenai kurikulum, metode pembelajaran, atau sistem penilaian menjadi santapan mereka.
Terbentuknya R&D berawal saat format nilai era Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikenalkan pada 2004. “Agar guru tidak terbebani dengan format pengolahan nilai, dan kesulitan menyusun RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran). Kami membuat database siswa yang bisa diakses semua guru,” kata Nurhadi, yang juga guru matematika ini.
Bagian R&D yang posisinya sebagai pembantu langsung wakil kepala sekolah ini juga yang mengkaji keperluan fasilitas, model pengajaran seperti moving class, atau pembagian kelas berdasar tingkat kemampuan.
Pada musim ujian nasional lalu, R&D mengelompokkan siswa kelas 9 ke dalam rumpun bahasa dan rumpun MIPA. Tujuannya, agar siswa yang nilainya hanya bagus di bahasa, bisa ditingkatkan lagi rata-rata nilainya untuk matematika dan IPA. Sebaliknya siswa yang sudah bagus di matematika dan IPA, digenjot nilai bahasanya. Pemberian tambahan pelajaran diberikan tiga kali dalam sepekan, pukul 13.30-15.30. Setiap pertemuan mempelajari dua mata pelajaran, masing-masing 60 menit jam belajar.
Inovasi pengelolaan sekolah ala Agus Triyanto itu terbukti mendongkrak prestasi sekolahnya. Di awal kehadirannya, ranking nilai Ujian Nasional 2005 SMP Negeri 1 Purbalingga di provinsi Jawa Tengah berkisar pada posisi ke 35-an. Pada ujian nasional 2006, ranking sekolah melompat menjadi nomor 10 di Jawa Tengah. Di Kabupaten Purbalingga, memang tetap nomor satu dibanding 46 sekolah negeri dan 17 sekolah swasta. Rata-rata nilai ujian nasional sekolah 9,04. Sebanyak 70 siswa meraih nilai 10 untuk matematika.
Tahun 2007 lalu, peringkat sekolah agak menurun, anjlok posisi ke-23. “Kami disalip sekolah-sekolah swasta berlabel internasional, yang siswanya hanya sedikit,” kata Agus. Tapi ranking ini pun jauh sekali di atas sekolah-sekolah di Purbalingga, yang rata-rata berada di posisi di atas 300-an di Jawa Tengah.
Agus juga menggulirkan kegiatan luar sekolah yang jadi “pembeda” dengan sekolah lain. Yakni home stay, sabatical life, community service, life skill, conversations, outbond, hunting tourist, journalistics, interview, native speaker, dan pendidikan lingkungan hidup.
Kegiatan unggulan lainnya yang semua dipacu untuk melejitkan nama sekolah adalah pembinaan budaya riset melalui Kelompok Ilmiah Remaja, pembinaan Olimpiade MIPA, pelestarian budaya Indonesia melalui seni tari, karawitan, dan batik Banyumasan.
Kemitraan juga telah dijalin Agus dengan sekolah luar negeri lainnya dan lembaga luar negeri. Sebut saja Anglican High School, Greendale Secondary School, Bukit Merah Government High School, Jurong Secondary School, Educational Assessment Australia, The University Of New South Wales


(2)
PEMBINAAN “TERFOKUS” UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH
(Suwanti, S.Pd.,MM.-Pengawas Kota Sukabumi)

Surat Keputusan (SK) saya sebagai pengawas sekolah, saya terima bulan September 2001. Sebelum itu saya adalah guru dan sempat menjadi kepala sekolah. Pengawas merupakan jabatan karier.
Mengawali tugas sebagai pengawas saat itu, sungguh sangat berat. Karena periode tersebut adalah periode perubahan sistem pemerintahan dari sentrsisasi ke desentralisasi. Otonomi pemerintahan mulai dilaksanakan yang berpengaruh terhadap pengelolaan pendidikan di daerah. Pencitraan masyarakat terhadap jabatan pengawas pun mulai bergeser. Dari yang semula pengawas merupakan jabatan strategis sebagai kepanjangan tangan Pemerintahan Propinsi di daerah Kota/kabupaten, berubah menjadi pengawas sebagai jabatan transit untuk memperpanjang usia dinas menunggu pensiun. Sehingga kesan masyarakat terhadap jabatan pengawas adalah jabatan menunggu waktu yang tidak jelas arah tugas pokok dan tanggung jawabnya. Hal ini benar-benar membuat hati saya gundah, tidak nyaman berada pada posisi jabatan pengawas.
Untuk mengatasi kondisi tersebut saya berusaha membaca buku-buku/peraturan perundang-udangan tentang kepengawasan. Saya berusaha untuk memahami tugas pokok dan fungsi tupoksi), serta peran pengawas melalui bacaan, karena memang saat itu di daerah tidak ada pendidikan dan pelatihan (diklat) kepengawasan. Jangankan diklat, seminar, workshop, atau apa yang sejenis tidak ada.
Dari membaca, timbul niat saya untuk melaksanakan tugas sesuai peraturan-perundang-undangan yang berlaku. Saya susun program kerja, jadwal pembinaan guru dan kunjungan sekolah, instrumen supervisi, dan saya laksanakan tugas kepengawasan sesuai dengan yang tertuang dalam tupoksi pengawas. Banyak kalangan yang kontra. Diantaranya para kepala sekolah dan guru-guru. Sering ketika saya akan melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal supervisi/pembinaan, tanggapan mereka kurang baik. Saya diacuhkan. Jika menanyakan kesulitan apa yang perlu dibantu, seolah-olah mereka tidak punya masalah. Ketika saya menyodorkan instrumen supervisi untuk diisi, hampir semua komponen yang saya tanyakan dijawab ada atau ya. Tetapi setelah saya lanjutkan dengan studi dokumen (visitasi) untuk mengetahui keberadaan komponen yang ditanyakan dalam instrumen, saya temukan adanya ketidaksesuaian. Di saat itulah saya mulai berkomentar, diskusi pun berlanjut. Karena hal itu saya lakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan, lama-lama para guru dan kepala sekolah menunjukkan reaksinya dengan memperbaiki komponen yang sudah dibuat. Membuat yang belum ada. Bahkan lama-kelamaan saya diminta untuk memberikan pembinaan kepada seluruh guru di sekolah binaan itu. Kadang-kadang juga diminta memberikan pembinaan di sanggar MGMP mata pelajaran yang bukan binaan saya, seperti MGMP Pendidikan Agama Islam SMP/SMA dan Matematika SMP.
Karena mendengar dari satu dan yang lain, kepala SMA dan SD pun sering mengundang saya untuk memberikan materi (sebagai narasumber) dalam workshop maupun in hause training. Banyak hal materi yang mereka minta. Mulai dari pengelolaan sekolah, kurikulum dan pembeljaran, pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan, penelitian tindakan, dll.
Rasa percaya diri saya sebagai pengawas mulai muncul. Hal itu dipertajam ketika saya diundang juga oleh daerah lain (luar Kota/Kabupaten) tempat saya bekerja. Seperti SMA Al Masthuriyah Cisaat Kabupaten Sukabumi, SMA Terpadu Al Kautsar Cicurug Kabupaten Sukabumi, SMA terpadu As Syafiiyah Sukalarang Kabupaten Sukabumi, dan beberapa sekolah lainnya. Wuuahhh bangga menyandang jabatan sebagai pengawas sekolah. Dapat sharing pengetahuan dengan guru maupun kepala sekolah, dapat memberikan kontribusi positif pada dunia pendidikan, khususnya di wilayah binaan sendiri di Kota Sukabumi.
Semua hasil pembinaan saya arsipkan, dan setiap akhir semester saya rangkum untuk disimpulkan, direkomendasikan kepada pimpinan, dan dijilid untuk menambah koleksi isi rak buku saya yang jumlahnya sangat minim.
Meskipun awalnya banyak hambatan, namun secara berkelanjutan hal itu saya lakukan. Selesai melaksanakan supervisi klinis guru yang satu, pindah ke guru lainnya. Selesai melaksanakan supervisi sekolah satu, pindah ke sekolah lainnya. Bahkan tidak jarang saya pun dilibatkan dalam penilaian terhadap guru dan kepala sekolah, terutama saat-saat mereka mengajkan kenaikan pangkat. Termasuk melaksanakan penelitian.
Latar belakang dilaksanakan penelitian, ketika saya ditugasi untuk membina SMPN 6 Kota Sukabumi yang kepala sekolahnya telah lama menderita sakit “stroke”. Pertama kali saya berkunjung ke sekolah itu, timbul rasa “prihatin” yang mendalam. Kepala sekolah sakit, komunikasi tidak lancar (ada hambatan bicara), kondisi tangan kanan tidak berfungsi normal, sedangkan tangan kiri pun hanya bisa untuk tanda tangan yang hasilnya kurang sempurna. Bagaimana bisa mengerjakan tugas kepemimpinan dengan baik, sedangkan bicara dan menulis saja banyak gangguannya.
Anehnya, meski keadaan seperti itu, namun tak nampak tanda-tanda bahwa kepala sekolah akan segera diganti. Walau para guru sudah sering menyampaikan keluhannya kepada kepala dinas, namun tanggapannya “adem-adem saja”. Akibatnya, administrasi kepala sekolah terbengkelai, tugas kepemimpinan terganggu, semangat kerja guru-guru pun mulai turun,. Seolah-olah bekerja merupakan rutinitas yang harus dilalui, tanpa tuntutan target dan capaian yang jelas.
Sebagai wujud kepedulian sebagai pengawas pembina, saya mengambil inisiatif untuk memberikan “pembinaan terfokus” pada SMPN6. Yang dimaksud “terfokus” di sini adalah fokus pada masalah yang lebih penting. Misalnya, ketika sekolah belum menyusun program kerja baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang, maka pembinaan difokuskan pada penyusunan program kerja baik mulai dari merumuskan visis, misis, strategi, kegiatan, struktur organisasi, uraian tugas, program supervisi dan monitoring. Demikian juga, ketika wakil kepala sekolah (wakasek), para pembantu kepala sekolah (PKS), kepala tata usaha (Ka TU), pembina ekstrakurikuler, guru Bimbingan dan Konseling, wali kelas, dan guru belum menyusun program kerja, maka bagian tersebut yang menjadi fokus pembinaan.
Program pembinaan pun segera saya susun, saya sosialisasikan, dan terjadilah kesepakatan antara pihak sekolah ( yang diwakili oleh wakasek, PKS, guru, dan Ka TU) dengan saya sebagai pengawas pembina untuk bersama-sama memulai mengerjakan tugas-tugas penyusunan program.
Minggu pertama bulan Pebruari 2007 saya mulai dengan menemui wakil kepala sekolah (wakasek), PKS, guru, TU untuk menyusun jadwal pembinaan. Dari pertemuan tersebut dihasilkan kesepakatan bahwa minggu kedua wakasek, Ka TU, dan PKS mulai menyusun program kerja sekolah. Minggu ketiga wakasek, Ka TU, PKS menyususn program kerja masing-masing sesuai tugas pokok. Minggu keempat para pembina ekskul menyususn program kerja. Sementara itu, mulai minggu kedua, guru mata pelajaran pun mulai menyusun program tahunan, semesteran, silabus, dan RPP.
Minggu pertama bulan Maret, kesempatan untuk berkonsultasi dan revisi. Minggu kedua pada bulan tersebut masing-masing bagian memperbaiki sesuai hasil konsultasi. Minggu ketiga finalisasi hasil pekerjaan semua bidang. Minggu keempat pengesahan oleh kepala sekolah.
Minggu pertama bulan April saya mulai melaksanakan pemantauan pelaksanaan program yang telah mereka susun. Saya buat instrumennya, saya berikan kepada mereka untuk mengevaluasi diri. Hasilnya saya visitasi pada minggu kedua. Termasuk di adalamnya adalah kunjungan kelas (supervisi PBM).
Ada yang menarik pada saat melaksanakan kunjungan kelas. Bebebrapa guru ada yang menghindar dengan alasan sedang ulangan. Namun demikian, saya tetap datang pada minggu berikutnya di saat mereka tidak ulangan. Dengan sedikit terpaksa akhirnya mereka bersedia juga untuk dikunjungi kelasnya ketika PBM berlangsung. Yang menarik adalah refleksi pasca supervisi. Guru yang semula ketakutan untuk disupervisi, berubah menjadi hubungan yang sangat familier. Banyak hal yang dikonsultasikan dan lama-lama guru dapat menemukan keunggulan dirinya dalam PBM dan kebanggaan tercermin di raut muanya setiap saya berikan kata-kata pujian. Mereka mengira dalam refleksi akan diberikan temuan kesalahan-kesalahannya, tetapi ternyata tidak.Guru saya minta untuk merefleksi diri tentang keberhasilan yang mereka lakukan. Meski ada kekurangan, untuk kali pertama saya tidak pernah mengungkapkannya di hadapan mereka. Saya berharap, dengan refleksi mereka akan menemukan sendiri apa kelebihan dan kekurangannya dalam PBM, sehingga sangat efektif dalam menyadarkan mereka untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Dengan metode seperti ini, guru menjadi tidak takut untuk disupervisi. Bahkan saat ini banyak guru yang meminta: “Bu kapan ke kelas saya lagi, saya mau mencoba model baru”, seperti yang diucapkan oleh Euis Susilawati guru SMPN 6. Saya pun berusaha memenuhinya. Demikian seterusnya, hasil supervisi saya rekap pada akhir semester.
Begitu tahun 2006 ada berita bahwa SMPN 6 akan dilakukan akreditasi, sekolah sudah siap. Alhamdulillah, meskipun kondisi kepala sekolah dalam sakit, hasil akreditasinya “B”. Ini pun disebabkan oleh kosongnya beberapa nilai komponen kepala sekolah. Tetapi sekolah binaan lainya seperti SMP BPK Kristen Penabur, SMP Mardi Waluya, dan SMA Muhammadyah Kota Sukabumi yang asesornya dari propinsi, semuanya memperoleh peringkat akreditasi “A”. Ini berkat kerjasama antara pengawas pembina dan seluruh warga sekolah.
Kegiatan pembinaan yang saya lakukan, saya tulis dalam laporan hasil penelitian tindakan sekolah. Ketika ada seleksi pengawas prestasi tahun 2007, saya diminta oleh teman-teman dan Kepala Dinas untuk mewakili Kota Sukabumi mengikuti seleksi di tingkat propisnsi. Sebenarnya saya kurang percaya diri (PD) untuk mengikuti seleksi, tetapi karena koorwas dan hasil rapat memutuskan demikian, maka sebagai penghormatan terhadap hasil keputusan, dengan berat hati saya jalani seleksi tersebut. Alasan mereka memilih saya, katanya karena sayalah satu-satunya pengawas Kota Sukabumi yang saat itu telah melakukan penelitian tindakan sekolah (PTS).
Meski berat, namun persiapan tetap saya lakukan. Membaca panduan, menyiapkan portofolio, melengkapi persyaratan lainnya, dan tentu saja membaca buku sumber.
Tanpa diduga, ternyata saya berhasil meraih peringkat pertama di propinsi dan peringkat ketiga di nasional. Alhamdulillah, meski hanya peringkat ketiga, yang penting berkat mengikuti seleksi, pengalaman dan pengetahuan saya bertambah. Misalnya, September 2007 pengalaman umroh saya peroleh dari hasil prestasi di propinsi (hadiah dari gubernur jawa barat). Lalu pada bulan Desember Studi banding ke Guanxy Normal University Guilin China, tergabung dalam rombongan dari Depdiknas.

Hasil studi banding itu saya diseminasikan kepada sekolah binaan. Dengan harapan dapat menginspirasi mereka untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola pendidikan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Semoga!

(3)
PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI PUISIS DAN LAGU
(E. Dike Mariske, S.Pd)
GGURU SMA N I CIKEMBAR KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

“Bu Dike” begitulah panggilan sehari-hari yang disapakan para siswa SMAN I Cikembar untuk gurunya yang sangat mereka cintai: E. Dike Mariske, S.Pd. yang kini sedang menyelesaikan tesis S2-nya di ITB. Bu Dike, yang mempunyai 4 orang anak dari suami tercintanya Drs. Iyep Candra Hermawan, M.Pd. dekan FKIP Unsur Cianjur Jawa Barat, adalah pemenang I “Teacher Idol” 1997 yang diselenggarakan oleh ITB.
Wajar jika profesinya sebagai guru mendapat dukungan suami, karena suaminya sama-sama bergelut di bidang pendidikan bahkan beliau adalah dekan FKIP Universitas Surya Kencana Cianjur, yang kerja sehari-harinya adalah menggembleng dan mencetak para calon guru. “Untuk jadi guru yang baik, yang penting adalah bagaimana kamu tampil di depan murid agar murid suka sama kamu”, ucap suaminya suatau hari ketika masa pacaran dulu.
Dike sang guru kimia, rupanya benar-benar menghayati dan memaknai kalimat itu lebih dalam. Mulai dari cara berpakaian, gaya tampil di depan siswa, tutur kata, mimik, intonasi kalimat, dan ketulusan hati untuk bisa “ connect” dengan siswa, menjadi perhatian utama Dike dalam menjalani profesi guru. “ Pinter memang penting bagi seorang guru, tapi bukan sekedar itu. Bahkan teknologi secanggih apapun, tak mungkin bisa menggantikan guru yang penuh perhatian, punya hati, cinta, dan sentuhan kasih sayang tulus kepada para siswanya” katanya.
Dike sadar, siswanya tak begitu berminat pada pelajaran kimia. Kalaupun ada, jumlahnya relatif minim. Cukup lama Dike berpikir menyusun strategi pembelajaran agar mata pelajaran yang dianggap sulit oleh banyak siswa menjadi lebih menarik jika berhadapan dengan Dike. Akhirnya ditemukan gagasan untuk mengajarkan kimia melalui puisi dan lagu. Sekolah tempat Dike mengajar, belum cukup memiliki fasilitas. Laboratorium kimia pun belum punya. Namun Dike ingin walau tanpa lab, siswanya dapat tertarik untuk memahami materi yang Dike sajikan. Maka mulailah Dike menyusun puisi dan lagu tentang kimia. Seperti “Atom”, dibuatnya sebuah puisi tentang atom, pengertian dan sifat-sifatnya dirangkai dalam bait puisi. Di awal pembelajaran Dike berdeklamasi di depam siswa dengan judul “Atom”. Demikian pula pada pertemuan-pertemuan lainnya,selain berpuisi, Dike juga bersenandung dengan lagu-lagu pop yang digandrungi siswanya. Syair lagu tersebut dia ganti dengan kata-kata yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Dike tidak puas sampai di situ. Dia pun sering meminta kawannya untuk bersama-sama menyaksikan Dike mengajar, dan selalu meminta komentar guru tesebut. Selain itu, Dike pun menyebar angket kepada para siswanya untuk memberikan tanggapan tentang pembelajaran yang dialaminya bersama Dike. Beberapa kritik dan saran pun dia terima. Namun yang lebih menonjol, sebagian komentar tersebut bernada pujian, perasaan senang dan puas atas pembelajaran yang dialami bersama Dike.
Berbinar-binar, Dike mengurai kisahnya sebagai berikut.
Saya sering mengatakan kepada siswa bahwa ‘Chemistry is beautiful’,’ chemis is an atractive science’. Lalu yang menjadi permasalahan bagaimana kita sebagai guru beranikah mencoba berinovasi untuk sebuah perubahan, dalam proses pembelajaran agar dalam setiap penyampaian materi kepada siswa dapat disampaiakn secara lebih variatif dalam menggunakan model-model pembelajaran. Saya mencoba melakukan inovasi pembelajaran “ Bagaimana Pembelajaran Kimia dapat Diberikan melalui Puisi dan Lagu”. Adapun alasan dan teknik kenapa puisi dan lagu dalam pelajaran kimia diyakini akan menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan adalah sebagai berikut :
• Secara Pshykologis; puisi dan lagu adalah dunia yang disenangi anak remaja pada seusinya, disamping penyaluran bakat, ekspresi jiwa, kreativitas diri tentang seni, dan segala sesuatu yang berkenaan dengan hakikat kehidupannya.
• Secara Teoritis;Karakteristik ilmu kimia yang bervariasi mulai dari teori, hitungan, konsep , simbol, dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
• Aspek metodologis; Mendorong kita untuk mencari bentuk lain dari kreativitas mengajar dan inovasi dalam pembelajaran kimia agar tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan
• Puisi dan Lagu sangat membantu (isi yang terkandung di dalam berisikan pemahaman terhadap materi yang sedang diajarkan )
• Siswa dapat menyimak, mendengar dan memperhatikan bahkan memaknai setiap kata-kata yang dibacakan lewat puisi maupun lagu baik oleh guru maupun siswa lain secara bergiliran

Kumpulan Puisi lagu yang saya tulis sesuai dengan materi yang diajarkan,diharapkan akan memudahkan siswa untuk memahami beberapa konsep kimia terutama yang bersifat hafalan

Contoh:
ATOM

Sungguh kau teramat kecil
Tak sanggup ku membagi lagi
Intimu selalu bernilai positif
Meski kau dikelilingi muatan negatif
Kau mampu berdiri sendiri
Terkadang kau menyatu dengan yang lain
Terbentuk darinya sebuah molekul
Tergabung darinya suatu senyawa
Orang Yunani awali panggilanmu „THOMOS“
Kini hadirmu di mana-mana
Rumah tinggalmu sebuah Periodik
Disana „Mendeleyev“ menempatkan dirimu
Kadang kupanggil kau sebagai Zarrah
Tubuhmu dapat tertimbang dan terukur
Orang memisahkan mu lewat massa
Yang kau inginkan adalah kestabilan
Ada diantaraku tak mampu bergabung
Ku namai dirimu sebagai „ Inert“
Ada sifat diantar aku yang melepas muatan
Tentu saja bagian dariku akan mendapatkan

Dari puisi tersebut kemuadian saya membawa pikiran siswa untuk mengenal struktur atom, simbol atom, atom dalam suatu senyawa.

Selanjutnya saya berikan pertanyaan awal
1. Sebutkan karakteristik dari atom
2. Atom tediri dari inti dan lintasan atau kulit. Bagaimana perbedaan dari kedua
muatannya?
3. Bagaimana atom – atom tersusun

Demikian halnya pada saat mengajarkan materi lainnya sayapun menggubah puisi dan lagu sebagai berikut:
ALKOHOL



• Senyawa Alkanol
• Rumus umum R-OH
• Contoh Senyawa Etanol
• Bentuk cair (bening)
• Sifat mudah menguap dan terbakar



Puisi: ALKOHOL
Bening cair nampak mu
Bau khas mu
menguap sukamu
Dingin Sifatmu
Kau sentuh lukaku
Kuman-kuman terdiam dan mati
Kehadiranmu di pesta keramaian
Tak sadarkan, ingatan pun sesaat menghilang
Kau…. Jangan dekati aku
Melayang, hilang dan terlelap
Kau mengobati, terkadang meracuni
OH…..kau bawa serta Eter isomer mu
R-OH adalah rumusku
Jika R kau ganti untuk ku
Metanol jadi nama ku
Racun sudah bagimu
Mengganti R ku dengan Butana
Butanol Panggilanku
Seandainya ku dapat memilih
Mungkin primer, atau sekunder Jenis ku
Terkadang di tersier mauku


LAGU KIMIA
ALKOHOL (cinderella,Raja)

Ada suatu senyawa
Dengan Rumus R-OH
Nama Berakhiran ol
Senyawa nya Alkanol
Metanol dan Etanol
Propanol dan Butanol
Pentanol dan Heksanol
Bentuk Primer Alkohol

Sungguh banyak jenisnya
Primer,skunder Tersier
Bergugus Fungsi OH
Isomer dengan Eter

Jika dioksidasi
Hasilnya Karbohidrat
Tetapi nyang sekunder
Hasilnya jadi keton
Alkohol sbagai Pelarut
Bening Cair Sifatnya
Fungsi yang serba guna
Tapi awas mabok juga

KIMIA UNSUR GOLONGAN VI A
“BELERANG”
• Belerang (Sulfur)
• Sumber : dari gunung berapi
• Kegunaan
- korek api
- pembuatan asam sulfat
- propelan pada senjata api (SO2)
( bahan pendorong)

BELERANG
(Hilang Permataku, Yuni sara)

Belerang Unsur Golongan VI A
Bau menyengat itulah ciri khas dirinya
Contoh senyawa nya Asam sulfida
H2S contoh molekulnya
Belerang ada diperiode 3
Kuning berwarna nan mudah dijumpa
Sulfur dikenal tuk nama latinnya
Biloks Atomnya itu (- ) dua
Belerang ditemukan
Dikawah berapi
Banyak gunanya dalam kehidupan
Belerang digunakan
Sbagai bahan baku
Pembuatan senyawa Asam Sulfat

Melalui puisi dan lagu, saya sebagai guru merasa sangat terbantu membelajarkan siswa dalam pelajaran kimia. Demikian juga para siswa. Dari hasil angket yang saya sebar ternyata sebagian besar, bahkan hampir semua siswa menyatakan rasa senang belajar kimia dengan puisi dan lagu. Kata mereka “cepet ngerti, mudah, dan senang”. Pernyataan para siswa ini bukan sekedar kata-kata. Tapi dibuktikan juga dengan kehadiran mereka mengikuti pelajaran kimia tidak ada yang terlambat, walaupun pelajarannya setelah jam istirahat. Nilai—nilai ulangan pun kian hari kian baik. Tentu saja saya bangga.
Pada Bulan Juli 2007, saya mencoba mengikui Lomba mengajar kimia melalui “ Puisi dan Lagu” yaitu “Teaching Idol Contest” tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh ITB dalam rangka ulang tahun Pendidikan Tinggi kimia ITB yang ke-60 yaitu “Lomba Guru Tingkat Nasional” dengan menyampaiakan materi tentang Stokiometri.
Alhamdulillah pada lomba tersebut, saya mendapat juara ke-1 dengan hadiah uang total Rp.15.000.000, dan Beasiswa Kuliah “ Magister Pengajaran Kimia “ di ITB. Sampai saat ini saya masih mangajar di SMAN 1 Cikembar. Semoga apa yang menjadi pengalaman saya dalam mengajar dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat. Atas segala perhatian dan saran saya haturkan ucapan terima kasih. Wassalam




Nama : E.DIKE MARISKE,SPd
NIP. : 131 929 910
Pangkat/Golongan : Pembina / IV A
Tugas Mengajar di : SMA NEGERI I CIKEMBAR Jalan Pelabuhan Km 20 Telp. (0266) 321632. Kabupaten Sukabumi
Mata Pelajaran : Kimia
CP : 081563570510
Anak : 4 (Lutfi (18th), Nadia (14th), Syahna (9th), Shalma (5th).
Suami : Drs. Iyep Candra Hermawan, M.Pd. (Dekan FKIP Unsur Cianjur)
Alamat Rumah : Jalan Tanjung I Blok A7 No. 75 Rt 06/ 14 Kel Karang Tengah, Kec.
Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat.
Motto: Jangan pernah berfikir tentang hasil yang diperoleh saat ini , tetapi teruslah
berusaha untuk menjadi lebih baik















(4)

Emmy Gani, BSc
Kepala SMA Sutomo 1 Medan
SEKOLAH JUMBO GUDANG JUARA OLIMPIADE SAINS

ASIAN Physics Olympiad (APhO) 9th di Ulanbator, Mongolia, yang ditutup Ahad, 27 April 2008 lalu seakan meneguhkan SMA Sutomo 1 Medan, yang lagi-lagi mampu melahirkan jawara olimpiade. RudyHandokoTanindutaTimMerahPutihdariRudy Handoko Tanin duta Tim Merah Putih dari SMA Sutomo Medan berhasil menyumbang emas bersama Adam Badra Cahaya (SMAN 1 Jember), dan Kevin Winata (SMAK 1 Penabur Jakarta).
Rudi Handoko bahkan juga pernah menyabet medali emas APhO 2007 dan medali InternationalPhysicsOlympiad(IPhO) 2007. DiajangInternational Physics Olympiad (Di ajang APhO 2008 ini Indonesiameraih3medaliemas,1perak,1perungguIndonesia meraih 3 medali emas, 1 perak, 1 perunggu dan 4 honorable mention. Para siswa jempolan itu berhasil membawa Indonesia di peringkat dua, hanya kalah dari tim China yang meraup 8 emas. Indonesia mengungguli Taiwan, Vietnam, Thailand dan Singapore, di enam besar peraih medali.
Kiprah SMA Sutomo 1 Medan dalam olimpiade keilmuan tingkat Asia dan dunia, dimulai sejak tahun 1990. Ketika itu Kadar Tjokromulia, baru masuk 10 besar seleksi International Mathematics Olympiad (IMO). Setelah itu, muncul Victor Kurniawan mewakili Indonesia di IMO 1992 di Moskow.
Dari tahun ke tahun, siswa kampiun di ajang olimpiade keilmuan dari SMA Sutomo 1 semakin panjang. Sebut saja Charles Pandana (International Physics Olympiad/IPho 1994), Herman Pandana (honorable mention IPhO 1996), Tony Tan, Teddy Salim, Setiawan, Frederick Petrus (perak IPhO 2001 dan perak APhO 2001), Budiman, David Sugiman (perak International Chemistry Olympiad 2001) Yenny Budiman, Andika Putra (perunggu IPhO 2004, emas APhO 2005, dan emas IPhO 2005) dan William (medali perunggu IChO 2006 dan perunggu IChO 2007).
Andika Putra dan William mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berupa anugerah Satya Lancana Wira Karya pada 2006 lalu, bersama 32 siswa berprestasi di olimpiade internasional dan Profesor Yohanes Surya sebagai pembimbing.
Tradisi Bukan Semasa
Sejarah sebagai sekolah gudangnya juara olimpiade sains bukan tercapai dalam satu masa. SMA Sutomo 1 Medan merupakan bagian dari Yayasan Perguruan Sutomo yang didirikan trio Soo Lean Toii, Oei Moh Toan, dan Hadi Kusuma (Khoo Peng Huat) pada tanggal 25 Februari 1958.
Sejak awal yayasan berdiri dipusatkan di Jalan Martinus Lubis, Medan. Di awal pendirian yayasan, pendidikan satu atap yang digagas Soo Lean Toii dkk baru SD, SMP, dan SMA. Belakangan pada 1964, TK menyusul berdiri. Pada 1978, bangunan gedung untuk TK dan SD bahkan pindah lokasi di Jalan Jambi, Medan.
Perjalanan sejarah bukan sekadar menambah usia sekolah-sekolah di bawah Yayasan Perguruan Sutomo. Masyarakat Medan, khususnya masyarakat keturunan Tionghoa, banyak yang mempercayakan pendidikan anak-anak mereka pada sekolah-sekolah di bawah naungan Perguruan Sutomo. Tak heran jika siswa mereka memang luar biasa jumlahnya. Total jumlah siswa dari TK, SD, SMP, dan SMA, baik di unit Sutomo 1 dan Sutomo 2, mencapai tak kurang dari 16.000 siswa. Siswa SMA Sutomo 1 saja tahun pelajaran 2007/2008 tak kurang dari 3000 siswa, yang terbagi dalam 56 kelas.
Pembinaan siswa berlabel program ”Menuju Olimpiade” sejatinya bukan semata mengejar prestise sebagai juara sains. ”Banyaknya siswa yang menjadi juara di olimpiade sains merupakan motivasi yang tidak terukur nilainya bagi sebuah sistem pembinaan.Olimpiade sains suatu sarana untuk mengoptimalkan tujuan-tujuan pendidikan,” kata Emmy Gani.
Pembinaan Berkelanjutan
Program “Menuju Olimpiade” bukanlah sebuah program dadakan hanya karena ingin nama sekolah berkibar di dunia pendidikan. ”Menuju Olimpiade” merupakan program kontinu yang dijamin yayasan dengan berbagai dukungan fasilitas. Daritahunketahun,Dari tahun ke tahun, sejak program ini digulirkan, kesinambungan tersebut tetap terjaga. Talenta-talenta juara sains dibina sejak jenjang SMP.
Calon jagoan sains diseleksi secara ketat dan dievaluasi perkembangannya dari waktu ke waktu. Mereka dibina oleh guru-guru yang memiliki talenta yang baik pula. Ketika masuk bangku SMA, setidaknya ada puluhan siswa yang sudah “disiapkan” untuk ikut serta dalam seleksi olimpiade sains tingkat Medan, dan Provinsi Sumatera Utara, tingkat nasional, hingga dunia.
Sistem pembinaan berkelanjutan itu memakai pola berlapis.
Artinya, di tiap tahun pelajaran sudah muncul kader-kader baru untuk menggantikan senior-seniornya. Tak heran bila tiap tahun selalu saja ada juara sains dari SMA Sutomo.
Salah satu komponen yang tidak kalah penting dalam menunjang keberhasilan “Program Menuju Olimpiade” adalah guru pembimbing. Menurut Emmy Gani, para gurunya banyak yang memiliki kualifikasi handal. Sehingga ia berupaya memanfatkan potensi mereka. Ia mengaktifkan Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) di lingkungan Perguruan Sutomo. Para ketua MGBS mendapatkan insentif tambahan dari yayasan.
Tak hanya siswa calon peserta olimpaide sains yang merasakan keunggulan para guru top. Semua siswa SMA Sutomo 1 Medan terbiasa mengerjakan soal-soal yang dibuat oleh guru-guru yang tidak mengajar di kelasnya. Soal-soal tersebut merupakan racikan para ketua MGBS dari masukan para guru. Soal terpadu itu rutin diujikan kepada siswa dalam ulangan harian, maupun ujian semester.
Roda kompetisi pun berjalan setiap saat, bukan semata akan mengikuti lomba-lomba. Kerahasiaan soal juga terjaga sehingga persaingan untuk menjadi yang terbaik benar-benar dilakukan dengan jujur. Jika sampai bocor? ”Kami bertindak sangat keras, sampai pada pemecatan terhadap oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab itu,” Emmy menegaskan.
Khusus guru-guru yang terpilih untuk membina “Tim Menuju Olimpiade” yayasan juga memberikan insentif khusus setelah mereka menunjukkan kinerja memuaskan. Besarnya insentif sekitar 40% dari gaji guru tersebut. Namun bila sang guru tak mampu melahirkan juara sains, insentif khusus itu bisa saja dicabut. Dengan begitu, kata Emmy, persaingan di kalangan guru juga berlangsung secara sehat. ”Iklim berkompetisi ini senantiasa kami jaga karena kami yakin mampu mengoptimalkan hasil pendidikan,” katanya.
Pemberian insentif itu tentu saja butuh anggaran tambahan. Inilah sebagian dari keseriusan yayasan dalam alokasi anggaran sekolah.
Para siswa juara juga mendapat hadiah khusus, yang besarnya antara Rp 5 juta-Rp 10 juta, tergantung prestasi siswa. ”Yayasan tidak segan-segan mengeluarkan anggaran yang besar sekali asalkan dana tersebut dapat dipertanggungjawabkan dengan sesungguhnya,” kata Emmy menjelaskan.
Kesannya memang ”glamor” jika melihat rangsangan hadiah uang kepada para siswa dan guru berprestasi. Namun, menurut Emmy, yayasan perguruan sutomo bukanlah lembaga pendidikan yang mementingkan profit. ”Komersialisasi sekolah tidak pernah dilakukan yayasan,” katanya.
Untuk ukuran sekolah jumbo yang top prestasinya di Medan, uang sumbangan pembangunan dan SPP siswa memang relatif kecil jika dibanding sekolah-sekolah wah di kota besar. Uang sumbangan pembangunan pada awal tahun pelajaran, hanya diminta kepada orangtua siswa sekali saja. Besarnya cuma Rp 1 juta. Jika siswa masuk seleksi penerimaan siswa Sutomo sejak SD, ya cuma Rp 1 juta itulah yang dibayarkan. Ketika tahun pelajaran baru di SMP dan SMA, ia tak lagi dipungut uang pembangunan.
Besarnya uang SPP SMA Sutomo 1 ”cuma” Rp 250.000/bulan. Jumlah ini tentu saja relatif kecil jika dibanding sekolah-sekolah swasta berlabel ”nasional plus” atau ”sekolah internasional”. Sebagian besar di atas Rp 1 juta. Bahkan ada yang SPP tiap siswa hingga Rp 4 juta/bulan. ”Uang sekolah kami tergolong rendah. Tapi honor guru di sekolah ini adalah salah satu yang terbaik di Medan,” Emmy menambahkan.
Keberhasilan ”Program Menuju Olimpiade’ juga tak lepas dari dukungan orangtua siswa. Di lingkungan SMA Sutomo 1 Medan sudah biasa menyelenggarakan rapat dengan para orangtua siswa untuk mengetahui Laporan Bulanan sekolah. ”Banyak orangtua yang menyempatkan diri untuk berkunjung memenuhi panggilan wali kelas untuk mengetahui perkembangan hasil belajar sang anak,” katanya.
Respons orangtua yang positif ini banyak membantu sekolah dalam Program Menuju Olimpiade. Mereka secara perseorangan ada juga yang per kelompok memberikan les tambahan bagi anak-anak mereka. Sekolah sebenarnya sudah menyediakan les-les tambahan di sekolah.
Pada tahap seleksi olimpiade, baik di tingkat kota hingga internasional, para orangtua dengan kemampuan masing-masing, secara swadana membantu kelancaran transportasi dan akomodasi anaknya.
Atmosfir pembelajaran yang mendorong siswa menjadi yang terbaik ini melahirkan budaya sekolah. Sehingga muncul dorongan bagi anak didik untuk bisa sukses dalam mengikuti pelajaran maupun olimpiade keilmuan. Sekolah berupaya menciptakan lingkungan belajar yang ideal, sementara siswa terdorong dengan sendirinya untuk bersikap kompetitif.
Sistem Pembelajaran dan Pembinaan
Faktor lain yang turut andil menciptakan iklim akademis adalah pengadaan sarana dan prasarana belajar yang baik. Siswa SMA Sutomo 1 Medan boleh dibilang beruntung belajar di sekolah yang tergolong modern. Laboratorium komputer saja ada 12 buah, sedang laboratorium bahasa Inggris yang dimiliki sekolah ada 14 ruangan. Selain itu juga didukung laboratorium biologi, kimia dan fisika yang memadai.
Untuk semua bidang studi sains, pembelajaran di sana sudah biasa disampaikan guru dengan bantuan perangkat multimedia yang canggih. Materi pelajaran disampaikan guru melalui infocus. Tahun ini direncanakan semua kelas dilengkapi perangkat infocus sehingga guru mengajar cukup melalui laptopnya. Sebagian guru sudah memiliki laptop yang diperoleh dari bantuan sekolah dengan cara mencicil tanpa bunga.
Pemanfaatan media pembelajaran yang tepat memudahkan penyajian para guru juga memudahkan pemahaman siswa. Dengan begitu intensitas, efektivitas, dan efisiensi pembelajaran mendorong guru membuat pengayaan materi pembelajaran. Sehingga guru terpacu untuk memperkaya matari pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
Iklim akademis di sekolah juga membuat siswa-siswa SMA Sutomo sejak awal mereka bersekolah di sana tertanam sikap menghargai prestasi belajar. Tidak ada cara lain dalam meningkatkan prestasi dirinya, selain belajar dengan bersungguh-sungguh. Jika ada siswa yang menempuh jalan pintas untuk meraih prestasi, sekolah tak segan memberi sanksi berat.
Disiplin memang ditegakkan di sana. Salah satu contohnya soal keterlambatan siswa memasuki ruang belajar, bisa mengundang sanksi keras. ”Bahkan sampai pada pengurangan nilai afektif siswa. Ini cukup ampuh untuk meningkatkan disiplin siswa,” kata Emmy. Melalui cara-cara seperti itu terbentuklah karakter siswa yang tahan uji dan memiliki daya juang tinggi. Sebaliknya bagi siswa berprestasi, siswa merasa mendapat apresiasi yang layak. Selain penghargaan khusus, sekolah juga memberikan beasiswa pendidikan.
Siswa tak melulu hanya patuh pada aturan sekolah. Sebab sekolah tak lupa memberdayakan siswa melalui berbagai kegiatan organisasi siswa intrasekolah (OSIS). Pengurus OSIS mendapat kepercayaan penuh untuk mengelola semua kegiatan kesiswaan di bawah asuhan para guru pembimbing. Kepercayaan penuh itu mendorong siswa berusaha untuk mengaktualisasikan diri dalam bidang organisasi, sosial, dan keilmuan.
Dengan sendirinya, siswa belajar berorganisasi tanpa banyak campur tangan sekolah. Sehingga siswa mampu menggalang persatuan dan kesatuan siswa dalam melaksanakan kegiatan kesiswaan. Mengenai kegiatan kesiswaan ini, SMA Sutomo 1 Medan adalah salah sekolah yang sangat dikenal kreatif dalam mengusung berbagai kegiatan kesiswaan. Kegiatan pentas seni alias pensi, misalnya, tak ubahnya pertunjukan komersial.
Di bidang sosial, siswa mendapat kepercayaan untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan yang sifatnya membantu masyarakat. Secara rutin siswa membuat kegiatan sosial dalam bentuk penggalangan dana dan bantuan yang disumbangkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Siswa juga dilibatkan dalam pelaksanaan penerimaan siswa baru (PSB). Sekolah menerima masukan proposal sistem PSB yang lebih kreatif. Mereka yang mengusulkan diminta mempresentasikan di depan dewan guru. Sehingga PSB selama ini bukan semata produk sekolah dan yayasan, melainkan juag masukan dari siswa.
Kekompakan siswa juga terbentuk dalam kelompok-kelompok belajar. Meski siswa dipacu berkompetisi di sains, sekolah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih pengembangan diri mereka di bidang ilmu yang diminati. Setiap kelompok belajar rutin berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan. Semua kelompok belajar mendapat arahan dari guru pembimbing.
Dalam iklim persaingan ketat itu tentu saja ada yang rontok, atau kurang mampu mengikuti laju prestasi siswa lain. ”Tinggal kelas di SMA Sutomo 1 Medan bukanlah sesuatu pemandangan yang luar biasa, melainkan sudah menjadi pemandangan yang biasa,” kata Emmy.
Artinya, sekolah memang tidak bisa mengatrol nilai siswa yang rendah. Sekolah berusaha konsisten menjalankan kurikulum betapa buruk pun hasilnya. Sehingga sekolah tidak pernah menganulir hasil pencapaian siswa, apalagi merekayasa nilai. Sehingga tak jarang sekolah harus merelakan puluhan bahkan kadang-kadang lebih dari seratus siswa mengulang karena tidak naik kelas. Jumlah siswa tak naik kelas, agak banyak di kelas X. Biasanya siswa kelas XI jauh lebih siap untuk naik ke kelas XII.
Sistem evaluasi sekolah, menurut Emmy, mengacu pada sistem evaluasi dengan tingkat objektivitas yang tinggi. Usai ujian atau ulangan selesai, siswa dapat mengevaluasi diri sendiri karena hasil penilaian diterima masing-masing siswa. Mereka bisa mengetahui soal nomor berapa yang mereka jawab benar atau soal nomor berapa yang mereka jawab salah. Seandainya mereka sudah tahu berapa nilai yang berhak mereka peroleh maka tidak ada peluang sedikit pun pada diri siswa untuk mendapatkan nilai tambahan.
Emmy pun yakin untuk bisa mewujudkan ambisinya untuk menjadikan SMA Sutomo 1 sebagai sekolah modern yang menjadi pionir dalam dunia pendidikan di Indonesia.



PERTEMUAN II
Judul: Diseminasi Best Practice dalam Seminar
Materi: Seminar Best Practice
Waktu: 8 jam pelajaran @ 50 menit

A. Pengantar
Selamat bertemu kembali dalam pelatihan pertemuan kedua, yang merupakan pertemuan terakhir dari seluruh kegiatan diklat. Semoga dalam pertemuan terakhir ini Anda telah kompeten dalam pemahaman best practice.
Dalam pertemuan ini Anda dapat mendiseminasikan best practice yang telah dilakukan. Berbagai teknik diseminasi diantaranya adalah melalui: penulisan karya tulis ilmiah, penerbitan jurnal, membuat situs, seminar dll.
Salah satu teknik diseminasi yang bisa dipraktikkan dalam pertemuan ini adalah seminar. Alasannya: paling mungkin untuk dilaksanakan, tidak menambah angggaran khusus, tidak memerlukan keterampilan dan alat khusus, memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah secara langsung/dapat ditanggapi peserta secara langsung, dan sesuai dengan strategi diseminasi Program BERMUTU di tingkat forum (Kota/Kabupaten).
Berbeda dengan situs, yang pembuatannya memerlukan keterampilan khusus dan isinya belum tentu dibuka oleh peserta diklat BERMUTU. Demikian juga karya tulis dan jurnal. Memerlukan biaya khusus untuk penggandaan dan distribusi, keterampilan khusus, dan kesulitan dalam bertanya jawab langsung dengan penulis.




B. Tujuan
Kepala sekolah dan pengawas dapat mendiseminasikan best prctice melalui seminar dalam forum MKPS/KKPS, MKS/KKKS.

C. Sumber/Alat/Bahan
Alat : OHP/LCD/DVD/Papan tulis, bord marker/saund system, ATK
Bahan : Materi Seminar (hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan kepala sekolah/pengawas)
Sumber: Best practice kepala sekolah/pengawas

D. Langkah-langkah














Kegiatan Awal (50 menit)
• Fasilitator mengatur urutan kelompok untuk tampil mempresentasikan best prcatices hasil penelitian tindakan.
• Para fungsionaris menempatkan diri sesuai peran dan tugas masing-masing.
• Setiap kelompok membagikan hand out kepada peserta lain.

Kegiatan Inti (300 menit)
• Setiap kelompok secara bergiliran mempresentasikan kertas kerjanya.
• Kelompok lain menanggapi.
• Moderator menyimpulkan hasil diskusi dalam seminar.

Kegiatan Akhir
• Kesimpulan
• Penguatan
• Sustainble

E. Penguatan
• Diseminasi adalah proses penyebarluasan best practice yang dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya dapat dilakukan melalui seminar, jurnal, blog, majalah, dll. Dari sekian cara yang ditawarkan, dalam mudul ini menampilkan salah satu contoh seminar.

• Seminar adalah suatu pertemuan ilmiah yang membahas suatu masalah tertentu dengan prasaran dan tanggapan melalui diskusi untuk memperoleh keputusan bersama.

• Langkah-langkah Seminar
Presentasi
Diskusi/tanya jawab
Kesimpulan

• Unsur-unsur yang diperlukan dalam seminar:
Panitia
Narasumber dan Kertas Kerjanya.
Moderator
Notulis
Peserta

F. SUSTAINABLE (KEBERLANJUTAN PROGRAM
• Lakukan seminar secara bergiliran dalam forum MKKS/MKPS/KKG/MGMP pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan mengangkat permasalahan penting yang berhasil diatasi dengan baik di sekolah masing-masing.
• Diseminasikan hasil best practice Saudara ke berbagai media.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti et al. 1995. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka
------- 1997. Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Arsyad, Maidar dan M.S. Mukti. 1997. Berbicara II. Jakarta: Universitas Terbuka
Ashari, Azril. 2001. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Universitas Trisakti
Berger Lance A and Dorothy R. 2008. Best Practices on Talent Management, Cetakan ke 2, PT Per Jakarta: pt Permata Printing
Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Direktorat Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjuta Pertama
--------. 2005. Diklat Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Guru SMP. Bandung :
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen LPMP Jawa Barat.
Dirjen PMPTK. 2007. KONFERENSI NASIONAL “BEST PRACTICE” KEPALA SEKOLAH, Panduan Penulisan “Best Practice” untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional.
http://en.wikipedia.org/wiki/Best_practise
http://Whatis.com/What is best practice
Renald Kasali, 2007, Re-Code Your Change DNA, Cetakan ke 3, Jakarta: PT
Gramedia.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabeta.
Suharsimi,et al. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara.
Suwanti. 2007. Upaya Peningkatan Kemampuan Manajerial Sekolah melalui
Pembinaan Terfokus pada SMP Negeri 6 Kota Sukabumi Tahun 2007, Penelitian Tindakan Sekolah, Sukabumi : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Suriamiharja, Agus. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tarigan, H.G. dan M.S. Suhendar. 1998. Berbicara I. Jakarta: Universitas terbuka

Tarigan, H.G. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


LAMPIRAN
PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN CIRI-CIRI BEST PRACTICE

PENGERTIAN BEST PRACTICE
‘’BEST PRACTICE’’ adalah suatu ide atau gagasan mengenai suatu teknik, metode, proses, aktivitas, insentip atau penghargaan [reward] yang lebih efektif dalam mencapai keberhasilan yang luar biasa di bandingkan dengan tehnik, metode, proses lain. Ide atau gagasan yang dengan pengawasan, dan pengujian yang sesuai, dapat memberikan hasil yang diharapkan dengan lebih sedikit permasalahan dan komplikasi yang tidak terduga. BEST PRACTICE dapat juga didefinisikan sebagai cara yang paling efisien [memerlukan usaha minimum] dan paling efektif [menghasilkan hasil terbaik] untuk menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan, berdasarkan prosedur yang berulang-ulang [disampaikan di berbagai tempat] dengan memberikan bukti nyata yang dapat mengubah perilaku sejumlah orang.
Meskipun kebutuhan akan peningkatan terus berproses sejalan dengan perubahan waktu dan perkembangan berbagai hal, best practic dipertimbangkan oleh beberapa orang sebagai konsep istimewa yang biasa digunakan untuk menggambarkan proses perkembangan dan mengikuti tata cara standar yang telah ditetapkan dalam melakukan berbagai hal yang dapat digunakan oleh berbagai organisasi untuk kepentingan menajemen, kebijakan dan terutama sistem pembinaan.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup best practis mencakup pelaksanann tugas yang dilakukan oleh kepala sekolah/pengawas sekolah dalam mengelola sekolah/KKG/MGMP, yang mencakup keterlaksanaan 8 Standar Nasional Pendidikan, yaitu:
• Keberhasilan pelaksanaan Standar Isi
• Keberhasilan pelaksanaan Standar Kelulusan
• Keberhasilan pelaksanaan Standar Proses
• Keberhasilan pelaksanaan Standar Tenaga Pendidik/Tenaga Kependidikan
• Keberhasilan pelaksanaan Standar Sarana/Prasarana
• Keberhasilan pelaksanaan Standar Pengelolaan Sekolah
• Keberhasilan pelaksanaan Standar Pembiayaan
• Keberhasilan pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan
Disamping itu, juga mencakup keberhasilan Pengelolaan KKG/MGMP, pengelolaan sekolah, pembinaan sekolah, pembinaan kepala sekolah, dan pembinaan guru.
Dari sekian banyaknya cakupan, yang terkait dengan pengelolaan KKG/MGMP adalah keberhasilan pelaksanaan standar isi, standar kelulusan, standar proses, dan standar penilaian. Sedangkan standar tenaga pendidik/tenaga kependidikan, standar sarana/prasarana, standar pengelolaan sekolah, dan standar pembiayaan berkaitan dengan pengelolaan sekolah, pembinaan sekolah, dan pembinaan guru/staf /kepala/sekolah.

CIRI-CIRI BEST PRACTICE:
1. pengembangan praktik pembelajaran/pengelolaan pendidikan;
2. didiseminasikan di berbagai tempat secara berulang-ulang;
3. peningkatan kualitas pendidikan;
4. meingkatkan profesionalisme guru, kepala sekolah, dan pengawas dalam pengelolaan pendidikan;
5. mengubah hambatan dan ancaman menjadi kekuatan dan peluang untuk berinovasi secara kreatif;
6. menghasilkan output yang lebih bermanfaat bagi semua pihak (siswa, guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, komite, dan masyarakat pada umumnya);
7. terkendali, kejelasan program baik jangka pendek, menengah, maupun panjang;
8. berdasarkan temuan masalah nyata yang terjadi di lapangan;
9. dapat dilakukan dalam berbagai bentuk (bimbingan dan konseling, supervisi klinis, supervisi manajerial, kunjungan kelas, lesson studi, dll);
10. mengacu pada program sekolah untuk mencapai tujuan yang dicanangkan;
11. adanya pengakuan bahwa keberhasilan tersebut bisa ditiru, diadopsi oleh orang lain;
12. meningkatkan kualitas, mudah, murah, bisa dilaksanakan, memotivasi, memberikan hasil yang bermanfaat, dan berkelanjutan.

STRATEGI BEST PRACTICE
Keunggulan organisasi yang terpelihara secara terus menerus menurut LANCE A. BERGER dan DOROTHI R. BERGER yakni melalui tiga strategi pengelolaan SDM [Sumber Daya Manusia]. Ketiga strategi tersebut adalah;
1. Mengidentifikasi, menyeleksi, dan mengembangkan SUPERKEEPER [personal yang mampu mengembangkan kinerja unggul, yang memberi inspirasi kepada personal lainnya untuk menghasilkan kinerja unggul juga]
2. Mendapatkan, mengembangkan dan menempatkan personal yang berkualifikasi tinggi pada posisi kunci. Posisi kunci ini sangat penting untuk kelangsungan suatu organisasi, tidak boleh kosong pada waktu yang lama dan tidak boleh diisi oleh personal yang tidak berkualifikasi.
3. Mengalokasikan sumber daya [balas jasa, pelatihan dll.] kepada para personal berdasarkan realisasi/potensi kontribusi pada keunggulan organisasi. Dengan demikian investasi kepada para personal berdasarkan urutan kontribusinya dilakukan mulai dari Superkeeper, berikutnya keeper, lalu Solid Citizen dan terakhir Misfit.
Untuk mengoptimalkan kemampuan dalam mencapai keunggulan yang langgeng, organisasi harus memiliki manajemen talenta yang proaktif dan memiliki cara yang sistematik untuk melakukan aktifitas-aktivitas tersebut.
Dalam kontek pendidikan strategi yang terkait dengan best practice adalah ;
1. Mengidentifikasi permaslahan-permasalahan yang ada (need assesment) di KKG/MGMP dan sekolah yang diampu.
2. Menyeleksi dan mengembangkan guru inti (personal yang mampu mengembangkan kinerja unggul, yang memberi inspirasi kepada personal lainnya untuk menghasilkan kinerja unggul juga) yang berperan sebagai motor dalam KKG/MGMP dan sekolah yang diampu
3. Menempatkan guru inti (personal yang berkualifikasi tinggi) pada posisi kunci. Posisi kunci ini sangat penting untuk keberlangsungan KKG/MGMP/sekolah, sehingga tidak boleh kosong pada waktu yang lama dan tidak juga diisi oleh guru yang tidak berkualifikasi.
4. Mengalokasikan sumber daya melalui seminar, In House Tarining (IHT) dan workshop kepada para guru inti serta guru lainnya berdasarkan realisasi/potensi/kontribusi sebagai inpestasi refitalisasi gugus.
5. Pembimbingan (coathcing) untuk mempertahankan kinerja guru di KKG/MGMP/sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yang akan berdampak pada out put siswa.
6. Menjalin kemitraan (partnership) dalam melaksanakan kegiatan antar KKG/MGMP/sekolah dalam satu gugus dan antar gugus dengan pemangku pemberi kebijakan supaya terjadi legalitas yang diharafkan.
7. Berkelanjutan (sustainability), harus membawa perubahan dasar diwilayah permasalahan antara lain ; legalitas, kebijakan dan sosial yang memiliki potensi reflikasi, kerangka institusional, efisien, transparan dan sistem manajemen yang akuntabel serta dapat membuat lebih efektif terhadap pengembangan SDM dalam KKG/MGMP/sekolah.
8. Kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat (leadership and community emprovemant)
a. Kepeminpinan yang mempunyai inspirasi untuk terjadinya tindakan dan perubahan
b. Sebagai pemberdaya masyarakat KKG/MGMP
c. Dapat mempertanggungjawabkan terhadap peningkatan mutu
d. Dapat mentransfer perkembangan pengetahuan lebih lanjut dan reflikasi
e. Tepat bagi kondisi dan situasi sekolah sesuai dengan tingkatan
f. Pihak lain dapat belajar dari inisiatif serta carayang digunakan untuk membagi dan mentransfer pengetahuan juga keterampilan sehingga dapat dipelajari dan diterapkan.
9. Menciptakan iklim yang kondusif di lingkungan KKG/MGMP gugus (kondisi lingkungan kerja yang nyaman)
10. Meningkatkan perhatian kinerja para guru di KKG/MGMP dengan keterlibatan langsung agar berkesinambungan untuk mencapai sasaran-sasaran yang diharafkan keberhasilannya.
11. Mengubah pola pikir/cara pandang (main set) dalam menerima segala bentuk perubahan yang terjadi.
12. Memberikan penghargaan (reward) bagi guru yang berkompeten, mempunyai komitmen dan tingkat konsisten yang tinggi, serta penuh akuntabilitas dalam melaksanakan tugas, juga memberi panishment bagi guru yang tidak kompeten, tidak mempunyai komitmen, tingkat konsistensinya rendah, dan tidak akuntabilitas.
13. Senantiasa memperhatikan kesejahteraan personal (guru)
Model pendekatan yang disampaikan disini disebut BEST PRACTIC’ [ praktek terbaik ] yang dikemukakan oleh Boven dan Morohashi [2002 ] dalam PANDUAN PENULISAN BEST PRACTICE. Menurutnya praktek terbaik merupakan suatu ide/langkah-langkah baru yang memberikan kontribusi luar biasa, berkesinambungan, dan inovatif dalam memperbaiki terhadap pengembangan proses dan kualitas sekolah. Dengan demikian ’’Praktek Terbaik‘’ juga merupakan refleksi akumulasi tingkat kompetensi tenaga kependidikan, dalam merespon tuntutan perubahan lingkungan dan dinamika permasalahan yang dihadapi sekolah di abad globalisasi ini.

SEMINAR
Pengertian
Suatu pertemuan ilmiah yang membahas suatu masalah tertentu dengan prasaran dan tanggapan melalui diskusi untuk memperoleh keputusan bersama mengenai masalah tersebut adalah seminar. Masalah yag dibahas dalam pertemuan itu mempunyai ruang lingkup yang terbatas dan terfokus. Misalnya : Seminar tentang: “Upaya Meningkatkan Kinerja Guru melalui Supervisi Akademik”.
Seminar diselenggarakan dengan tujuan untuk memperoleh solusi tentang masalah yang diseminarkan. Oleh karena itu peserta seminar adalah orang-orang yang berkecimpung dalam masalah tersebut. Jika hal yang dibahas adalah masalah kinerja guru, peserta seminar adalah orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan. Karena kinerja guru dan supervisi akademik adalah masalah yang ada pada dunia pendidikan. Akan sangat kurang bermanfaat jika masalah tersebut dihadiri/dibahas oleh para pelaut maupun petani.
Meskipun masalah yang dibahas tentang masalah-masalah sosial, seminar merupakan pembahasan ilmiah yang bertujuan mencari pemecahan. Dengan demikian seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan dan rekmendasi.
Karena seminar yang sedang dibahas sebagai salah satu diseminasi best practice maka yang di-share-kan adalah bagaimana solusi yang telah dipraktikkan oleh pembicara/pembawa kertas kerja. Penulis kertas kerja berperan sebagi narasumber. Dalam presentasi, narasumber menjelaskan parmasalahan apa yang dihadapi, siapa yang terlibat, mengapa masalah tersebut muncul, strategi apa yang digunakan, bagaimana mengatasinya, dan bagaimana keberhasilan itu dapat diimbaskan kepada peserta seminar. Sehingga dalam seminar ini bukan mencari solusi, melainkan menjelaskan pengalamannya kepada peserta seminar. Dalam diskusi/tanya jawab, bukan kesepakatan akhir yang harus diperoleh melainkan penjelasan narsumber, contoh-contoh dan argumentasi yang mendukung best practice tersebut. Dengan penjelasan, contoh, dan argumentasi yang pernah dialami diharapkan peserta seminar dapat memahami isi kertas kerja dan selanjutnya akan termotivasi untuk mencoba lebih kreatif dan inovatif dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi di sekolahnya dengan metode ilmiah.

Penyelenggaraan Seminar
Seminar yang baik perlu dipersiapkan dengan baik, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
• Persiapan Seminar
Hal penting yang yang harus ditentukan adalah topik masalah dan tujuan. Tema hendaknya dipilih yang menarik perhatian para peserta yaitu masalah-masalah yang penting dan hangat untuk dibahas (current isues). Penentuan waktu sebaiknya dikaitkan dengan hari-hari besar/peristiwa nasional/peristiwa penting. Misalnya: yang berkaitan dengan hari pendidikan nasional; hari guru; hari-hari pertemuan organisasi K3S, MKS, KKPS, MKPS, APSI, dll. Titimangsa hendaknya dipertimbangkan yang sekiranya para peserta dapat hadir. Sedangkan mengenai tempat, piihlah tempat yang strtegis (mudah dijangkau, cukup tempat parkir, kapasitas ruangan, dll). Fasilitas lain yang perlu dipersiapkan adalah: tempat duduk yang memadai; sirkulasi udara dan cahaya yang masuk ruangan cukup; alat peraga (audio visual); listrik; serta penataan interior yang nyaman. Hal lain yang amat penting adalah publikasi. Publikasi kepada masyarakat/calon peserta seminar perlu menginformasikan mengenai: tujuan seminar; tema atau topik yang akan dibahas; pendaftaran dan persyaratan peserta; serta narasumber dalam seminar tersebut.
• Pelaksanaan Seminar
Seminar dilaksanakan oleh panitia, moderator, narasumber, dan peserta. Masing-msing mempunyai peran yang satau sama lain saling berkaitan sinergis dalam mewujudkan kwbwrhasilan seminar
Peranan Panitia
Panitai seminar setidaknya terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara. Namun untuk hal tertentu dapat dikembangkan dengan berbagai sie (akomodasi, konsumsi, dokumentsi, dll). Tugas panitia adalah mempersiapkan segala keperluan seminar mulai dari penentuan topik, waktu, tempat, narasumber, peserta, pendanaan, konsumsi, sertifikat, dan perizinan)
Peranan Moderator
Meskipun persiapan telah dilakukan dengan baik, tidak menjamin bahwa seminar dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Karena keberhasilan sangat ditentukan oleh para fungsionaris dan peserta seminar. Sebagai fungsionaris, pimpinan/moderator seminar sangat penting peranannya. Ia mewarnai seluruh situasi seminar. Oleh karena itu diperlukan moderator yang baik dengan kriteria: (1) Mampu berpikir jelas dan cepat. Jelas maksudnya agar ide dan gagasannya mudah dipahami orang lain, sedangkan cepat artinya mamapu mengikuti cara berpikir para peerta yang beraneka ragam. (2) Bersikap luwes. Artinya, ia harus mampu mengutarakan pikirannya secara jelas dengan bahasa yang lancar serta mampu berkomunkasi dengan para peserta. (3) Mempunyai kemampuan dan kesanggupan menganalisis. Ia harus mampu menganalisis masalah, mamapu menganalisis pendapat para peserta yang akhirnya sampai pada kesimpulan. (4) Berpandangan obyektif. Tidak mamihak dan obyektif terhadap permasalahan. Ia harus yakin bahwa setiap tanggapan memperoleh perhatian dari seluruh paserta lainnya. (5) Tidak berprasangka. Terutama dalam menarik titik temu bagi pihak yang bertentangan. (6) Sabar. Ia harus dapat menahan emosi jika terjadi kendala dalam proses pembicaraan. (7) Cerdik dalam menangani masalah yang timbul pada peserta, tanpa menyinggung perasaan salah seorang peserta. (8) Mempunyai keseimbangan dan pengendalian diri. Tidak menonjolkan diri, tidak mendominasi pembicaraan, dan tidak berlebihan. (9) Mempunyai rasa humor. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan, sehingga para peserta bebas mengemukakan pendapat.
Peranan Sekretaris
Tidak kalah pentingnya dengan moderator, sekretaris pun memegang peranan penting. Adapun tugas sekretaris adalah: mencatat proses atau prosedur selaam seminar berlangsung; membantu modrator dalam menyimpulkan dan merumuskan hasil seminar; mencatat simpulan/hasil seminar yang dicapai.
Peranan Peserta
Selain pada fungsionaris, dinamika dan aktivitas seminar terletak pada para pesrta. Peran dan tugas rserta sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah seminar. Oleh karena itu, untuk menjadi peserta seminar yang baik hendaknya: (1) Menguasai masalah yang diseminarkan. Hal ini dapat diperoleh melalui mempelajari buku-buku sumber maupun hasil kreativitas dan inovasi yang pernah dialami. Menguasai masalah berarti mempunyai bahan dalam pembicaraan. (2) Menyimak pembicaraan dengan penuh perhatian. (3) Menunjukkan sikap simpati dan empati yang tinggi. (4) Terampil menangkap gagasan utama pembicaraan dan gagasan penunjang. (5) Dapat mengajukan usul maupun persuasi. (6) Dapat meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin. (7) Dapat meminta pendapat dan argumen pendapat seseorang. (8) Jika mengajukan penolakan hendaknya ditunjang dengan argumen yang kuat, dan mampu mengemukakan contoh-contoh konkret. (9) Ikut menyimpulkan pembicaraan.
Peranan Narasumber
Narasumber adalah pembicara utama dalam seminar. Ia harus mempersiapkan kertas kerja atau makalah berupa pandangan umum tentang tema yang akan dibahas. Dalam kertas kerjanya narasumber harus mampu mengungkapkan permasalahan dengan alternatif pemecahan yang sudah dilaksanakan, lenkap dengan argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan beserta contoh-contoh konkret dan bukti nyata. Dengan adanya argumen tersebut narasumber dapat membuktikan kebenaran pendapat/pengalamannya yang sangat mendukung dalam meyakinkan para peserta seminar. Data, fakta, dan informasi yang diperlukan dalam argumentasi dapat diperoleh melalui observasi, penelitian, dan bibliografi (studi pustaka) yang telah terbukti. Peserta akan lebih simpatik apabila contoh dan bukti-bukti itu dilengkapi dengan data-data nyata. Kertas kerja/makalah tersebut hendaknya dibagikan kepada peserta sebelum seminar dimulai yaitu pada waktu pendaftaran pesertan.
Berikut ini disajikan contoh kerangka kertas kerja:
1) Judul
2) Identitas Penulis
3) Abstraksi
4) Tema
5) Latar Belakang
6) Permasalahan
7) Solusi-Bukti-Alasan-Contoh-Fakta-Data
8) Kesimpulan dan Saran

Penyampaian pandangan umum dilakukan pada sidang pleno. Segera setelah sidang pleno berakhir, dilanjutkan dengan tanya jawab/pembahasan/diskusi. Moderator dengan bantuan sekretaris atau tim perumus menyususn rumusan hasil seminar dan melaporkan kepada sidang untuk mendapat pengakuan/keabsahan.
Dalam diseminasi best practice dikenal dengan sebutan seminar institusi. Seminar ini bertujuan untuk mengkomunikasikan dan mendiskusikan hasil penelitian tindakan atau pengalaman terbaik yang telah dilakukan dan masalah-masalah yang akan diteliti/dilakukan pada masa berikutnya. Dalam seminar tersebut peserta dapat tukar-menukar hasil penelitian, studi, tindakan, ide, pengalaman, dan saling membantu dalam pemecahan masalah. Dengan demikian antara penelitian dan seminar merupakan suatu siklus yang tidak bisa dipisahkan. Karena penelitian mendorong adanya seminar, dan seminar mendorong adanya penelitian-penelitian berikutnya.
Secara garis besar seminar diseminasi best practice bertujuan:
1. saling memberikan andil penemuan yang diperoleh dari penelitian
2. institusi, yang mengaitkan dengan pembinaan dan mengembangkan
3. institusi;
4. melalui pertukaran pengalaman, mengidentifikasi masalah-masalah kelembagaan, mengkajinya dalam penelitian dan pengembanagn institusi berikutnya;
5. mengembangkan rencana dan metodologi penelitian institusional baru, yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang terjadi pada masing-masing institusi (sekolah).
6. mempertimbangkan cara-cara dan rekomendasi yang dapat dijadikan masukan bagi usaha pembinaan dan pengembangan.
• Pasca Seminar
Setelah seminar institusi selesai, panitia diwajibkan membuat laporan keputusan seminar. Laporan tersebut dapat disusun dengan menggunakan salah satu contoh format laporan sebagai berikut:













LAPORAN HASIL SEMINAR
Judul Seminar ....
Tema Seminar ....
Tujuan Seminar ....
Topik Masalah ....
Narasumber ....
Waktu Penyelenggaraan ....
Penyelenggara ....
Panitia a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara ....
....
....
Jumlah Peserta ....
Jadwal Acara (lampirkan) ....
Sumber dan Penggunan Biaya ....
Hasil/simpulan dan Rekomendasi (lampirkan semua makalah dan samputan penting) ....

Titimangsa
Mengetahui
Ketua Panitia Sekretaris

--------------------- -----------------------








Penilaian
Bentuk: Non Tes
Jenis : Penugasan
a) Perhatikan gambar berikut, selanjutnya berilah komentar sesuai permintaan!
Gambar 4: Narasumber sedang menyajikan materi dalam seminar pendidikan.

Gambar 5: Jumlah peserta seminar sekitar 700 orang

Gambar 6: Peserta seminar sekitar 30 orang dengan posisi duduk
yang berbeda

(1) Berdasarkan gambar 4, benarkah narasumber menyajikan materi dengan berdiri atau berjalan di ruangan seminar? Berikan alasan Anda!
(2) Berdasarkan Gambar 5. Bagaimana mempersiapkan seminar dengna jumlah peserta 700 orang?
(3) Jelaskan perbedan antara gamabar 5 dan gambar 6 dilihat dari segi keefektifan seminar!
Lembar jawaban
Komentar
tentang
Gambar 5 Komentar
tentang Gambar 6
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
.... ....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
b) Identifikasi permasalahan yang Anda hadapi di sekolah selama bulan ini baik yang berhubungan dengan SDM (guru, staf, komite), peserta didik, sarana/prasarana, kurikulum, pembiayaan, pengelolaan sekolah, maupun proses dan penilaian proses belajar mengajar. Selanjutnya kelompokkan menurut kepentingannya, dan cobalah berikan alternatif pemecahan masalah tersebut sesuai dengan keyakinan Anda bahwa teknik tersebut adalah yang paling efektif


Komponen Permasalahan Tingkat Kepentingan Alternatif Solusi
Kurikulum .... .... ....
Proses Pembelajaran .... .... ....
Kompetensi Lulusan .... .... ....
Pendidik dan Tenaga Kependidikan .... .... ....
Sarana/Prasarana .... .... ....
Pengelolaan .... .... ....
Pembiayaan .... .... ....
Penilaian PBM .... .... ....

c) Pilihlah salah satu masalah terpenting (krusial) yang telah Anda identifikasi. Tentukan pula alternatif solusi yang telah Anda pilih. Selanjutnya buatlah rencana implemtasi sesuai dengan langkah-langkah yang mantap. Tentukan waktu dan tempat, dan lakukanlah. Amati dan buatlah catatan-catatn kemajuan selama pelaksanaan berlangsung. Bagaimana kondis awal, perubahan yang terjadi, dan hasil akhir.
d) Buatlah laporan hasil pelaksanaan pemecahan masalah yang telah Anda lakukan dalam bentuk kertas kerja.
e) Seminarkan kertas kerja tersebut dan Anda berperan sebagai narasumber
f) Lakukan hal (e) secara bergiliran dalam forum MKS/MKPS
Selamat Mencoba !


VI. DAMPAK DISEMINASI
Penyusunan Refleksi
A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apa yang Anda rasakan setelah mengikuti seminar, baik yang berperan sebagai panitia (ketua, sekretaris, bendahara); narasumber dan moderator; serta anggota? Mengapa demikian, jelaskan!
2. Unkapkan kesan dan pesan Anda dalam tulisan di selembar kertas, kumpulkan dan rangkum ke dalam sebuah rubrik.
3. Manfaat apa yang Anda peroleh dari seminar tersebut?
4. Apa dampak positif bagi Anda?
5. Bagaimana renccana Anda ke depan, berkaitan dengan seminar tersebut?

B. Dampak
Dampak positif dari terselnggaranya seminar diseminasi best practice memungkinkan berbagai hal diantaranya:
• meningkatkan wawasan, pemahaman, dan profesionalisme panitia, narasumber, moderator, dan peserta seminar dalam mengelola pendidikan;
• meningkatkan inovasi dan kreativitas panitia, narasumber, moderator, dan peserta seminar dalam menangani permasalahan yang terjadi di sekolahnya;
• memotivasi peserta untuk mendesiminasikan best practice-nya dalam seminar-seminar maupun forum lainnya.
• menginspirasi peserta untuk berkreasi dan berinovasi lebih efektif dalam memajukan pendidikan yang dikelolanya.

C. Kegiatan Keberlanjutan
1. Lombakanlah menulis makalah best practice dalam forum MKS/MKPS dengan persyaratan:
• Peserta berstatus sebagai kepala sekolah atau pengawas;
• Naskah ditulis berdasarkan best practice di sekolah masing-masing;
• Naskah asli, sebagai pengalaman langsung sesuai dengan masalah urgen yang dihadapi;
• Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar, dan komunikatif;
• Panjang naskah maksimal 10 halaman termasuk bibliografi mutakhir;
• Ukuran kertas:A4;
• Font teks:times new roman:12;
• Margin : 4 cm (kanan dan atas), 3 cm (kana dan bawah);
• Spasi: 1 spasi.
2. Seminarkan seluruh makalah peserta terbaik, selanjutnya dari hasil seminar tersebut ditentukan urutan pemenang dengan memperhatikan kriteria penulisan karya tulis ilmiah dan teknik presentasi.


Perbaikan terakhir pasca pertemuan di Permata Bogor tgl 3-4 september 2009, atas saran pak Yukon
Sukabumi, 6 September 2009
suwantiwijoyo@yahoo.com

3 komentar:

  1. Terima kasih atas artikel Best Practicenya

    Blognya Keren dan Salam Kenal

    Blogwalking Web Kimia SMK Asyik
    Di
    http://www.trigpss.com/

    BalasHapus
  2. terima kasih artikelnya semoga bermanfaat.

    BalasHapus